Tulungagung,Mediarepublikjatim.com-Pondok pesantren (Ponpes) adalah tempat bagi para santri untuk menuntut ilmu dan dalam proses pendidikannya mengharuskan santri untuk tinggal di asrama. Penelitian menunjukkan santri rawan mengalami gangguan kesehatan yang erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk. Gangguan kesehatan yang dialami santri tentu memerlukan obat sehingga penggunaan obat yang tidak benar dapat berpengaruh pada gagalnya pencapaian tujuan terapi yang diinginkan serta munculnya masalah terkait obat, misalnya dosis terlalu rendah atau terlalu tinggi, ketidakpatuhan minum obat, interaksi obat, duplikasi obat, efek samping, dan masalah lainnya. Sehingga sangat penting untuk menjamin penggunaan obat yang benar. Untuk memfasilitasi santri yang tinggal di asrama Ponpes maka perlu adanya unit di Ponpes yang menangani pengelolaan obat, mulai dari cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan cara membuang obat.
Kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) ini dilakukan di mitra pengabdian masyarakat yaitu, Pondok Pesantren Raudlatul Musthofa di Dusun Pundensari, Desa Rejotangan, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Adapun kegiatan pengmas Fakultas Farmasi UNAIR merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab akademisi membantu permasalahan yang dihadapi masyarakat. Kegiatan pengmas pelatihan pengelolaan obat ini merupakan tindak nyata upaya mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang berhubungan dengan kesehatan yaitu, tujuan ketiga kesehatan dan kesejahteraan untuk semua.
Langkah pertama sebelum melaksanakan pelatihan yaitu, melakukan survey pemetaan masalah kesehatan yang dialami santri dan santiwati dalam setahun terakhir. Hasil survey gangguan kesehatan yang dialami oleh santri dan santriwati menunjukkan bahwa scabies, kutu rambut, infeksi pernapasan saluran napas atas (ISPA), pusing, gastritis dan diare merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dialami. Sementara itu saat menggunakan obat-obatannya para santri dan santriwati mengaku dibantu oleh ustad, ustadzah dan pendamping santri dan santriwati di asrama. Permasalahan lain yang disampaikan oleh pihak mitra pengmas adalah ustad maupun ustadzah dan pendamping santri-santriwati belum memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai terkait pengelolaan obat mulai dari cara mendapatkan, menggunakan, cara menyimpan, maupun cara membuang obat (DAGUSIBU).
Menindaklanjuti hasil survei gangguan kesehatan dan juga permasalahan yang dialami oleh mitra Tim pengmas, Fakultas Farmasi UNAIR melaksanakan kegiatan yang bertajuk “Pelatihan pengelolaan obat-obatan DAGUSIBU di Pondok Pesantren Raudlatul Musthofa di Dusun Pundensari”. Kegiatan ini terlaksana pada hari Sabtu, 14 September 2024 di Gedung Balai Latihan Kerja Pondok Pesantren Raudlatul Musthofa di Dusun Pundensari, Desa Rejotangan, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Ada 120 peserta pelatihan yang terdiri dari ustad-ustadzah pendamping santri-santriwati dan petugas unit kesehatan sekolah mengikuti acara pelatihan ini. Bapak Saefudin, S.Pd selaku perwakilan dari Pondok Pesantren Raudlatul Mustofa Dusun Pundensari Tulungagung menyambut tim Pengmas FF UNAIR sekaligus menyampaikan rasa terima kasih atas acara pelatihan ini dan berharap agar kerjasama pengmas ini terus terjalin di kemudian hari.
Rizka selaku ketua Tim Pengmas FFUNAIR menyampaikan, bahwa setelah pelatihan ini Tim Pengmas akan memantau pelaksanaan pengelolaan obat DAGUSIBU selama beberapa bulan ke depan. Lebih lanjut Rizka menambahkan, pemantauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi mitra dalam melaksanakan praktek pengelolaan obat DAGUSIBU dan mencarikan solusi atas permasalahan tersebut.
Kegiatan ini selain melibatkan tim pengmas FFUNAIR juga melibatkan tenaga kesehatan setempat yaitu, Ibu Sri Endah Pratiwi, Sarjana Terapan Kebidanan. Beliau menyampaikan pentingnya melakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) untuk mencegah gangguan kesehatan yang sering dialami santri-santriwati. Beliau juga menyampaikan bagaimana cara mencegah penularan penyakit. Acara dilanjutkan dengan pelatihan pengelolaan obat DAGUSIBU yang disampaikan oleh Dr I Nyoman Wijaya, S.Si., SpFrs.
Beliau menyampaikan pentingnya mendapatkan obat dari sumber yang terpercaya seperti di apotek, beliau juga menambahkan bahayanya bila salah menggunakan obat yang berdampak penyakit tidak kunjung sembuh bahkan bisa menimbulkan efek negatif yang tidak diharapkan. Lebih lanjut lagi beliau menyampaikan kondisi penyimpanan yang baik akan mencegah obat cepat rusak, selain itu cara membuang obat yang sudah kadaluarsa juga harus tepat agar tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan juga mencegah pencemaran lingkungan.
Untuk memperkuat pemahaman peserta kegiatan pengmas ini dilanjutkan dengan tutorial cara penggunaan obat yang benar. Peserta pelatihan dibagi menjadi 10 kelompok dan tiap-tiap kelompok didampingi oleh satu tutor. Tidak hanya dosen yang bertindak sebagai tutor, tutorial ini juga melibatkan mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Farmasi, Program Studi Magister Ilmu Farmasi dan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UNAIR. Para tutor melatih peserta untuk mempraktekkan cara penggunaan obat yang benar, tiap tutor dibekali dengan alat peraga obat yang terdiri dari salep untuk scabies, obat cair untuk kutu rambut, tablet turun panas, sirup batuk berdahak dan sirup batuk kering, sendok makan dan sendok teh rumah tangga, sendok takar serta sloki penakar obat. Para peserta diminta menakar air dengan menggunakan sendok makan serta sendok teh lalu dibandingkan bila menggunakan sendok takar dan sloki penakar obat. Dengan melihat perbedaan hasil ini peserta pelatihan menjadi paham bahwa sendok makan dan sendok teh bukanlah alat penakar obat yang tepat. Ketidaktepatan penakaran obat ini mengakibatkan dosis obat yang digunakan tidak sesuai, akibatnya tidak tercapai efek terapi yang diharapkan.
Peserta pelatihan pengelolaan obat-obatan DAGUSIBU di Ponpes Raudlatul Musthofa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan antusias. Keberhasilan pelatihan ini ditunjukkan dengan peningkatan skor pre-test dan post-test kuisioner pengetahuan pengelolaan obat. Sebelum mengikuti pelatihan rata-rata skor yang diperoleh peserta berkisar 44 dari total skor 100, sementara itu setelah mengikuti pelatihan pengetahuan peserta pelatihan meningkat hampir dua kali lipat dari skor sebelumnya yaitu sebesar 80 dari total skor 100. Kegiatan pengmas ini ditutup dengan penyerahan obat-obatan dan alat takar sediaan cair kepada pengurus Ponpes. Diharapkan penyerahan obat-obatan ini dapat bermanfaat mengobati gangguan kesehatan yang sering dialami oleh santri dan santriwati.Reporter(ars)